Rupanya peredaran daging ayam di pasaran masih banyak ditemui berbagai kasus dari mulai ayam tiren (ayam mati kemarin), ayam suntik atau ayam gelonggongan, ayam formalin dan masih banyak lagi ayam-ayam yang dijual dengan nekat melanggar kesehatan dan agama. baru-baru ini petugas kepolisian menggrebek lokasi pemotongan ayam di kawasan Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Banten. Kendati barang bukti berupa formalin sudah didapat polisi, para pemiliknya berupaya mengelak. Setelah disidik, para pedagang ayam potong ini akhirnya mengakui menggunakan bahan pengawet mayat itu untuk membuat daging ayamnya tampak lebih segar dan tahan lama. Formalin dimasukkan dengan cara disuntik.
Sungguh ironis. Di bulan Ramadhan yang penuh ampunan ini, masih banyak orang yang melakukan penipuan dan jelas-jelas jauh dari keimanan dan hati nurani. Tengok saja beberapa kasus seperti penjualan daging sapi gelondongan dan ayam suntik yang terus berulang setiap bulan puasa, terutama menjelang Idul Fitri.
Ditambah lagi, satu kasus baru yaitu penjualan makanan olahan yang berasal dari sampah restoran. Permintaan pasar yang melimpah, pedagang yang ingin untung besar, konsumen yang kurang kritis, merupakan celah dari kasus-kasus penipuan itu. Memasuki Ramadhan dan menjelang Lebaran terjadi peningkatan kebutuhan daging ayam dan daging sapi mencapai dua kali lipatnya. Pada hari biasa rata-rata kebutuhan daging ayam nasional mencapai 3-5 juta ekor per hari. Harganya pun bisa naik berkali-kali lipat.
Melihat peluang itu, pedagang nakal memilih menjual daging ayam suntik demi mendapat keuntungan yang besar. Dikatakan ayam suntik karena ayam lebih dulu disuntik dengan air sehingga tubuhnya terlihat lebih montok dan berisi. Cara ini dianggap bisa menarik pembeli. Pedagang daging sapi pun tak ketinggalan licik. Mereka menjual daging gelonggongan, yakni daging dari sapi yang diberikan minum air sebanyak-banyaknya sebelum disembelih. Tujuannya sama, meningkatkan bobot sapi untuk mendapat untung berlebih.
Dengan adanya kasus tersebut, setiap konsumen diingatkan senantiasa tetap waspada dan teliti sebelum membeli. Formalin dalam kadar tertentu sangat berbahaya bagi tubuh. Betapa tidak, bahan pengawet mayat ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, alergi, mematikan sel hingga kanker.
Ternyata, tak mudah bagi petugas memberantas penjualan ayam berformalin maupun glonggongan (tak layak konsumsi) di pasaran. Walau demikian, jual beli ayam di berbagai Pasar berlangsung normal. Sejumlah pedagang menyatakan pembeli yang memiliki banyak waktu memilih membeli ayam dalam keadaan hidup.
Bila Anda tak dapat membeli ayam dalam keadaan hidup, sebaiknya mengenali ciri ayam berformalin supaya tidak tertipu. Yakni, daging ayam tak dihinggapi lalat dan saat dipegang kaku. Waspadai pula ayam suntik air atau glonggongan. Ciri-cirinya berbau anyir, keluar air sewaktu digantung, berwarna pucat, dan biasanya dijual dengan harga murah.
Tak ada salahnya pula membekali pengetahuan Anda soal daging ayam yang aman dikonsumsi supaya kesehatan Anda tidak terganggu. Patut diperhatikan, mengonsumsi ayam berformalin dan glonggongan dampaknya tak langsung terasa, tapi menimbulkan gangguan kesehatan di kemudian hari
mmhh,,jadi takut makan ayam nih...
iiih,,jadi serem banged makan ayam yg kayak digituin...
aduh,,padahal demen banged makan ayam tapi gara-gara kasus kayak gini bikin jadi hati-hati kitanya...