Di akhir 70-an sampai dengan awal 90-an di Indonesia masih terdapat sedikit merek-merek dagang yang beredar di pasaran. Masih kurang gencarnya persaingan antar merek dagang, menjadikan beberapa merek dagang tertentu dapat menguasai pasaran sampai merek dagang tersebut seperti menggantikan nama jenis produknya.
Masyarakat pada saat itu sering menggunakan nama merek tertentu sebagai nama produknya. Bahkan untuk jenis produk yang lain pun dipanggil dengan nama merek tersebut.
Berikut ini adalah merek-merek terkenal yang sempat merajai pasaran di Indonesia sehingga merek tersebut lebih dikenal sebagai nama jenis produk bukan sebagai merek dagang.
- Aspirin
- Pepsodent
- Kodak
- Gillette (baca : Silet)
- Honda
- Supermie (Indomie)
- Pampers
- Walkman
- Aqua
- Antimo
- Baygon
- Spa
Nama merek terkenal mampu membangkitkan rasa keakraban konsumen sehingga peluang konsumen membelinya menjadi lebih tinggi. Umumnya, dalam rangka mengurangi ketidakpastian, nama merek terkenal memiliki nilai yang lebih tinggi di mata konsumen
Konsumen juga punya prioritas bagi produk dengan merek terkenal (hal ini jelas terlihat pada paket-liburan ke luar negeri; karena konsumen biasanya tak mampu membeli merek yang terkenal, maka mereka lalu memilih merek yang paling tidak mereka ketahui namanya).
Penelitian menunjukkan bahwa dalam hal kesadaran nama merek yang sangat tinggi, nama merek lebih berdampak pada proses pengambilan putusan konsumen ketimbang atribut ekstrinsik lain, seperti harga. Selain itu, dengan mengubah kesadaran nama merek saja, konsumen cenderung mengubah pola pilihannya mengarah ke merek terkenal. Miller dan Berry menyatakan, berdasarkan analisis studi track selama 11 tahun pada kategori rental mobil, iklan terutama berpengaruh pada brand salience dan bukan citra merek (brand salience menunjukkan sejauh mana nama merek hadir secara aktif di benak konsumen). Mereka menyatakan bahwa kesadaran merek mempengaruhi 70 % dampak iklan terhadap pangsa pasar versus 30% efek karena citra merek.
Kesadaran nama merek juga bersifat relatif; peningkatan kesadaran nama merek biasanya dikompensasikan dengan merosotnya kesadaran nama merek lain di kategori produk tersebut. Kesadaran nama merek bisa berdampak memperkuat persepsi kinerja dan makna psikososial merek. Artinya, persepsi kinerja dan makna psikososial menentukan arah nilai tambah merek (secara positif atau negatif) sementara kesadaran nama merek menentukan sejauh mana hadir nilai tambah merek. Artinya, kesadaran nama merek ikut memperkuat aspek intrinsik nilai tambah merek. Secara teori ini berarti bahwa bagi 2 merek dengan asosiasi yang sama-sama positif, merek terkenal memiliki nilai tambah merek lebih tinggi ketimbang merek tak populer. Di sisi lain, untuk 2 merek dengan asosiasi yang sama-sama negatif, merek yang lebih terkenal sangat mungkin memiliki ‘brand-subtracted value’ yang lebih tinggi. Oleh karenanya jika, misalnya, pada merek motor Cina melekat asosiasi merek negatif, maka kesadaran nama merek yang tinggi mungkin hanya akan memperkuat efek ini.
sumber : wikimu.com
vikrii_chiaki
Posting Komentar