Jika suatu saat anda berkesempatan menjejakkan kaki anda di negeri sakura, mungkin pemandangan yang tampak di gambar di samping akan jadi pemandangan biasa bagi anda. Ya… di Jepang , di mana salah satu poros teknologi dunia adalah trademark bangsa ini, keberadaan mesin penjual otomatis (vending machine) seakan bagian tak terlupakan dari sudut jalan, stasiun kereta, terminal bus, gedung-gedung kampus, dan setiap fasilitas umum. Intinya keberadaannya hampir bisa ditemukan di mana-mana. Barangkali jika dicoba dianalogikan, vending machine ini mirip dengan pedagang kaki lima ala Indonesia. Bedanya di vending machine, segala proses jual beli dilakukan sendiri oleh sang pembeli. Sang pembeli yang ingin membeli barang tinggal memasukkan uang dalam jumlah tertentu sesuai harga yang tertera. Pilih produk yang ingin dibeli (biasanya dengan cara menekan tombol di dekat produk yang diinginkan), kemudian produk yang diinginkan akan keluar, jika ada uang kembalian maka uang kembalian akan keluar di bagian box uang kembalian, selesai.
Berdasarkan sejarah, vending machine dipercaya ditemukan oleh Pahlawan dari Alexandria seorang penemu pada abad pertama. Vending machine modern di perkenalkan di London pada awal tahun 1880-an yang mendistribusikan kartu pos. Di US sendiri, vending machine dibuat pada tahun 1888 oleh Thomas Adams Gum Company, mesin ini digunakan untuk menjual permen karet di peron-peron kereta api. Seiring dengan waktu, keberadaan vending machine justru sangat berkembang pesat di Jepang di mana hampir segala jenis barang kebutuhan sehari-hari jika bisa divending machinekan, maka produknya akan tersedia di vending machine. Keberagaman vending machine di Jepang, boleh dibilang sangat-sangat beragam. Beberapa gambar berikut mungkin hanya sedikit contoh dari vending machine yang ada di Jepang:
Keberadaan vending machine yang sedemikian tersebar di Jepang sampai ke pelosok, bahkan sampai di daerah yang cukup jauh dari pusat kota tokyo. Beberapa vending machine juga menyediakan buku, komik, bahkan pakaian dalam juga tersedia di vending machine.
Satu lagi nilai yang perlu dipelajari dari bangsa Jepang adalah, umumnya transaksi di Jepang menggunakan azas kejujuran sebagai faktor yang dihitung dalam merancang setiap perangkat mesin otomatis. Jadi meskipun sebetulnya transaksi bisa diakali dengan beberapa cara, sehingga tanpa mengeluarkan uang sepeserpun kadang bisa diperoleh barang yang kita inginkan, namun orang Jepang memilih untuk tidak melakukannya. Dengan demikian ekonomi tetap berjalan dengan baik, vending machine terawat dengan baik, inovasi-inovasi baru bermunculan tanpa rasa takut akan adanya orang-orang yang akan mencurinya.
Satu tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, jika vending machine ini ada di Indonesia, apakah nasibnya akan sama dengan telepon umum koin yang hanya bertahan beberapa minggu sejak dipasang? Yaa..dengan ini sangat diperlukan kesadaran dari diri masing-masing untuk menjaga setiap fasilitas umum yang ada di Indonesia agar tetap awet dan tahan lama.
vikrii_chiaki
Posting Komentar